Enaknya, Pusingmu Berpahal Kawan

people-unite-462

Ilustrasi: Google

Sama-sama fight, sama-sama menempuh masyaqqoh, sama-sama bersusah payah. Tapi beda lho balasannya. Saat kaum muslimin capek berperang, kaum kuffar pun juga capek. Saat kaum muslimin menempuh masyaqqoh yang berat, kaum kuffar pun sama. Saat kaum muslimin bersusah payah, kaum kuffar pun iya. Tapi beda lho balasannya. Capeknya kaum muslimin berperang itu berpahala, sementara capeknya kaum kuffar berperang semakin menambah dosa. Masyaqqoh berat yang kaum muslimin tempuh semakin mengukirkan pahala, sementara bagi kaum kuffar semakin mempertinggi tumpukan dosa. Susah payah kaum muslimin dalam berperang mendapat balasan yang mulia di sisi Allah, capeknya kaum kuffar dalam berperang semakin mendapat murka.

Mas, Mbak, tak tanya, pusing nggak mengikuti berita Indonesia akhir-akhir ini? Pasti jawabannya iya. Jangan khawatir Mas, Mbak, terapkan rumus di atas tadi.

Sama-sama fight, sama-sama menempuh masyaqqoh, sama-sama bersusah payah. Insya Allah beda kok balasannya. Saat kita capek berperang di medsos katakanlah, mereka (kubu penista) juga capek kok. Saat kita capek menempuh rintangan demi rintangan, kubu penista juga capek menempuhnya kok. Saat kita bersusah payah, kubu penista juga sama. Tapi kabar gembira kawan, karena balasan yang Allah berikan tak sama. Sudah bisa dijawab sendiri mungkin. Barisan yang tak rela Al-Qur’an dihina tentu balasannya berbeda dengan yang malah ‘membebek’ barisan penghina Al-Qur’an, yang lebih parahnya lagi ada orang Islam tapi kokoh berdiri mati-matian membela penista, kalau Mamah Dedeh tadi mengatakan,” Itu Islam KTP.” Hadahumullah, semoga Allah memberikan mereka petunjuk. Kalau orang yang seaqidah dengan penista kemudian membela mati-matian si pensita, itu masih agak ‘luwes’ ya, meskipun jika ia sebenarnya bersosok pancasialis, pasti ia juga tak setuju dengan penistaan kitab agama lain. Tapi kalau orang Islam, orang Islam ini lho ya, ketika Al-Qur’an dihina, tapi malah mati-matian membela penista, saya bingung ini orang masuk golongan mana. Di hari kiamat, kata nabi, kita akan dikumpulkan bersama orang yang dicintai. Lha kalau ‘cinta mati’ dengan penista, emang mau ya kelak dibangkitkan bersama penista (jika penista itu kafir hingga ajal). Serem donk.

Nyrempet ke topik lain. Jadi siapa sih sebenarnya pemecah belah wahai para kontra aksi 411 dan 212, dari segi apapun yang menunjukkan sikap kontra kepada aksi ini.

Baik, yang mengkritisi cara, mengatakan cara itu tak ‘nyunnah’, demonstrasi di jalan itu haram. Kalau semua permasalahan negeri ini harus merujuk ke Saudi, terkadang tak pas. Iya, terkadang tak pas. Tak perlu jauh-jauh lah, ulama setempat juga cukup. Karena ulama setempat lebih tahu kondisi Indonesia dari pada yang tak tinggal di Indonesia. Jadi….

Atau tuduhan yang lebih ‘horor’, khowarij, pembangkang ulil amri, dan semacamnya. Khowarij, hmm…. Itu ‘serem’ sekali. Pembangkang ulil amri, hmm…. Yang ini juga ‘serem’. Silakan kalau mau tetap ta’zhim kepada ulil amri yang itu tuh. Didatengin ulama beserta jutaan umat malah pergi, sementara memperlakukan kasus gereja di Papua yang dulu itu beda sekali, diundang ke istana men….

Coba diresapi, jutaan umat bisa bersatu. ABI 2 sekitar 3 juta-an, ABI 3 sekitar 7 juta-an, belum lagi yang mendukung aksi dan tak bisa ikut, bisa belasan hingga puluhan juta umat. Mereka bukan FPI saja, bukan juga Wahdah saja. Mereka ya FPI, ya Wahdah, ya Persis, ya Muhammadiyah, ya Nahdiyyin, ya Hidayatullah, dan ya-ya yang lainnya. Tegakah dan sampai hatikah mencerca mereka bahkan hingga menstempeli tudingan-tudingan miring lainnya???

Saat umat sudah bersatu padu seperti itu, masihkah tak menghormati perbedaan pendapat hukum demonstrasi? Saat umat sudah bersatu, masih enggankah menghormati seperti apa saja karaktersitik ulil amri yang wajib ditaati yang karaktersitik ini bukan versi kelompokmu?

Baik, sekarang yang tak setuju dari penjuru lain. Kalau yang kau jadikan rujukan itu kyai-kyai itu, tentu saya yakin, kau pasti telah tahu, kyai-kyaimu yang lain, yang mendukung aksi itu jumlahnya juga banyak dan tak dapat dihitung jari. Coba deh, baca pernyataan-pernyataan Kyai Ma’ruf Amin, pernyataan Kyai Hasyim Muzadi, dan kyai-kyai lain. Pasti lebih bijak deh dalam menyikapi aksi-aksi yang ‘extreme’ itu.

Sehingga sebagian malah menjadi pendukung penista. Sungguh, telah banyak kyai yang telah ber-mufaroqoh dengan kyai ketua ormas Islam terbesar di Indonesia itu. Coba dibaca beritanya.

Kemarin gimana pernyataan GP Anshor ketika Kyai Ma’ruf dizholimi Ahok dan Ahoker, GP Anshor siap bela Kyai Ma’ruf kawan…. Dan itu sikap yang luar biasa hebatnya.

Tak ceritain Mas, Mbak. Kemarin di Istiqlal, rombongan samping saya itu pada bersholawat ala NU itu, sambil ngerokok lagi. Mungkin kalau dalam kondisi normal, saya tak setuju. Tapi entah apa, yang membuat hati ini lebih lunak, sehingga walaupun rombongan sampingku itu bershalawat keras berjamaah sambil ngerokok, tapi nggak tahu deh hati ini malah trenyuh,” Ya Allah betapa nikmatnya persatuan Islam itu.”

Tak beri tahu lagi, meskipun mungkin sudah tahu. Di sana itu tak hanya NU dan kelompokku saja Mas, Mbak. Di sana ada Majelis Rasulullah, FPI, FUI, Hasmi, Persis, Pemuda Muhammadiyah, JAS, Majelis Adz-Dzikra, Darut Tauhid, dan masih banyak lagi. Bukankah itu sebuah miniatur persatuan Islam Mas, Mbak???

Jadi, mari kita sudahi saling cerca sesama muslim, saling vonis sesama muslim, lebih menghormati perbedaan pendapat, lebih mengutamakan persatuan umat dari pada ego kelompok. Yuk mari kita bersatu umat Islam Indonesia.

Sekian. Kok melenceng dari judul ya hehe….

Tinggalkan komentar